PENTINGNYA PARENTING
TERHADAP POLA ASUH ANAK
MAKALAH
UNTUK
MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Bahasa
Indonesia Keilmuan
yang
dibina oleh Bapak Dr. Roekhan, M. Pd.
Oleh
Ratna
Alvionitta Zuhri
120811421429
UNIVERSITAS
NEGERI MALANG
FAKULTAS
PENDIDIKAN PSIKOLOGI
JURUSAN
PSIKOLOGI
Desember 2012
PENTINGNYA PARENTING TERHADAP POLA ASUH ANAK
Oleh:
Ratna
Alvionitta Zuhri
1.
Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Pola asuh merupakan
pola interaksi antara orang tua dan anak. Pola interaksi berupa cara sikap atau
perilaku orang tua saat berinteraksi dengan anak, termasuk cara penerapan
aturan, penerapan nilai/norma, memberikan kasih sayang serta menunjukkan sikap
dan perilaku baik sehingga menjadi panutan bagi anaknya. Pola asuh orang tua
yang sesuai adalah yang membuat anak merasa disayang, dilindungi, dianggap
berharga, dan diberi dukungan oleh orang tuanya. Pola asuh yang demikian dapat
membentuk kepribadian yang pro-sosial, percaya diri dan mandiri namun sangat
peduli dengan lingkungannya.
Masyarakat memberikan kewenangan utama
terhadap orang tua untuk memenuhi kebutuhan anak karena orang tua dianggap
mengetahui hal-hal terbaik bagi anaknya. Orang tua memberikan rangkaian
kebutuhan dan kualitas kompleks dalam proses pengasuhan. Peran dasar orang tua
ialah bertanggung jawab terhadap pengasuhan(Brooks:2011).
Perilaku orang tua
tidak hanya memunculkan perkembangan yang sehat tetapi juga meredam dampak
negatif yang diterima anak dari berbagai kejadian yang menimbulkan stress.
Pengasuhan yang peka dan responsif meredam dampak negatif gen, dampak kesulitan
ekonomi, dampak diskriminasi dan prasangka, dampak perceraian, dan dampak
kematangan dini yang dialami anak perempuan.
Orang tua memberikan
perhatian dalam interaksi langsung dengan anak. Mereka juga memberikan
perhatian melalui tindakan tidak langsung yang bisa muncul dalam berbagai
bentuk. Orang tua sebagai individu-individu yang mengasuh, melindungi dan
membimbing dari bayi hingga tahap dewasa.
Menurut kamus istilah
psikologi sebagaimana tertulis dalam buku The
Cambridge Dictionary of Psychology, parenting adalah segala tindakan yang
dilakukan oleh orang dewasa kepada anak-anak dalam rangka melindungi, merawat,
mengajari, mendisiplinkan dan memberi panduan. Maka dalam bahasa Indonesia yang
paling sesuai dengan pengertian dari parenting
adalah pengasuhan anak. Parenting
memiliki pengaruh pada anak seperti penyesuaian, problem perilaku, kompetensi,
dan internalisasi nilai. Parenting style
merupakan konsep yang menggambarkan variasi pengasuhan anak dalam hal pendisiplinan,
kehangatan, perhatian terhadap kebutuhan anak, serta sikap dan keyakinan orang
tua yang secara konsisten membentuk pola dalam memperlakukan anak.
Orang tua dalam parenting berperan untuk membimbing dan mendampingi semua tahapan
pertumbuhan anak, yang merawat, melindungi, dan mengarahkan kehidupan baru anak
dalam setiap tahap perkembangannya. Pola asuh orang tua adalah pola asuh yang
diterapkan pada anak yang bersifat relatif konsisten dari waktu ke waktu. Pola
perilaku ini dapat dirasakan oleh anak dari segi negatif maupun positif.
Ahli teori pembelajaran
mengidentifikasi bentuk khusus rancangan lingkungan yang meningkatkan
pertumbuhan anak dan memberikan peran yang penting dan aktif bagi orang tua. Peran anak
bisa bervariasi seperti kertas kosong yang akan mendapatkan coretan. Anak dapat
mempelajari semua perilaku melalui penghargaan dan hukuman dari luar sehingga
menjadi pembelajar aktif yang menginterpretasikan lingkungan di sekitar serta
memilih tujuan dan model untuk ditiru. Oleh karena itu, dorongan utama bagi
perkembangan dilihat dari dorongan luar yang mengajarkan dan menghasilkan
perubahan perilaku.
Berdasarkan uraian
tersebut, makalah berjudul Pentingnya Parenting
Terhadap Pola Asuh Anak ditulis karena banyak orang tua yang tidak memperhatikan
cara pengasuha kepada anaknya. Orang tua hanya memperdulikan apa yang mereka
lihat terhadap perkembangan anaknya. Oleh karenanya orang tua penting untuk
mengetahui tentang parenting.
1.2. Rumusan Masalah
Masalah umum dalam makalah
ini dapat dirumuskan yaitu
bagaimanakah
pentingnya parenting terhadap pola
asuh anak?
Masalah khusus dalam
makalah ini dapat dirumuskan sebagai berikut.
1) Bagaimana
pentingnya parenting terhadap penyesuaian
perilaku anak dengan lingkungannya ?
2) Bagaimana
pentingnya parenting terhadap
kompetensi sosial
anak ?
3) Bagaimana
pentingnya parenting terhadap pembentukan kepribadian anak ?
2.
Pembahasan
2.1. Pentingnya Parenting terhadap Penyesuaian Perilaku Anak dengan Lingkungannya
Segala perilaku orang
tua dan pola asuh yang diterapkan di dalam keluarga berpengaruh dalam
pembentukan kepribadian atau karakter seorang anak. Perilaku ini menyangkut
kasih sayang, sentuhan, kelekatan emosi orang tua terutama ibu, serta penanaman
nilai-nilai dapat mempengaruhi kepribadian anak. Kedua orang tua terlibat, karena
keterlibatan ayah dalam pengasuhan di masa kecil sampai usia remaja juga
menentukan pembentukan karakter anak.
Parenting
erat
kaitannya dengan kemampuan suatu keluarga/rumah tangga dan komunitas dalam hal
memberikan perhatian, waktu dan dukungan untuk memenuhi kebutuhan fisik,
mental, dan sosial anak-anak yang sedang dalam masa pertumbuhan serta bagi
anggota keluarga lainnya. Parenting
mencakup berbagai aktifitas yang bertujuan agar anak dapat berkembang secara
optimal dan dapat bertahan hidup dengan baik. Prinsip pengasuhan tidak
menekankan pada siapa (pelaku) namun lebih menekankan pada aktifitas dari
perkembangan dan pendidikan anak. Oleh karena itu, parenting meliputi pengasuhan fisik, pengasuhan emosi, dan
pengasuhan sosial (Hoghughi, 2004).
Pada kenyataanya, masih
terdapat orang tua yang hanya memenuhi kebutuhan fisik saja. Seperti membelikan
semua mainan yang diinginkan, makanan yang diinginkan, dan lain sebagainya.
Akan tetapi, sebetulnya dalam hati si anak yang tanpa perhatian orang tua dan
memberikan semua kebutuhan fisiknya berpikir “Mama dan papa tidak sayang sama
aku, setiap hari aku selalu di titipkan di rumah nenek. Mama dan papa selalu
sibuk bekerja”. Adakalanya anak membutuhkan perhatian penuh oleh dari orang
tua.
Pentingnya parenting
terhadap penyesuaian perilaku anak dengan lingkungannya kembali pada pendekatan
perkembangan kognitif
yang
menyebutkan kunci untuk memahami tingkah laku anak. Terdapat 3 model
perkembangan kognitif :
1)
Model Piaget
Intelegensi
bukan suatu yang dimiliki anak, tetapi yang dilakukannya. Perkembangan kognitif
(intelegensi) meliputi 4 tahap atau periode di bawah ini.
Tabel 2.1. Perkembangan Kognitif
menurut Piaget
Periode
|
Usia
|
Deskripsi Perkembangan
|
1. Sensorimotor
|
0-2
tahun
|
Pengetahuan
anak diperoleh melalui interaksi fisik, baik dengan orang lain/objek (benda),
skema-skemanya baru berbentuk refleks-refleks sederhana, seperti :
menggenggam/menghisap
|
2. Praoperasional
|
2-6 tahun
|
Anak mulai menggunakan
simbol-simbol untuk merepresentasi dunia (lingkungan) secara kognitif.
Simbol-simbol itu seperti kata-kata & bilangan yang dapat menggantikan
objek, peristiwa & kegiatan (tingkah laku yang tampak)
|
. Operasi konkret
|
6-11
tahun
|
Anak
sudah dapat membentuk operasi-operasi mental atas pengetahuan yang mereka
miliki. Mereka dapat menambah,mengurangi & mengubah. Operasi ini
memungkinkannya untuk dapat memecahkan masalah secara logis.
|
4. Operasi formal
|
11 tahun -dewasa
|
Periode ini merupakan
operasi mental tingkat tinggi. Disini, anak (remaja) sudah dapat berinteraksi
dengan peristiwa-peristiwa hipotesis/ abstrak, tidak hanya dengan objek-objek
konkret. Remaja sudah dapat berpikir untuk memecahkan masalah melalui
penggunaan alternatif yang ada.
|
2)
Model Pemrosesan Informasi
3)
Model Kognisi Sosial
Kebudayaan
telah mengajari anak tentang apa yang dipikirkan dan cara berpikir. Lev
Vygotsky meyakini bahwa perkembangan kognitif menghasilkan proses sosio
instruksional yang karenanya anak belajar saling tukar pengalaman dalam
memecahkan masalah dengan oranglain, seperti orang tua, guru, saudara, dan
teman sebaya. Pemikiran Albert Bandura yang lebih mengajukan peranan
faktor-faktor kognitif daripada analisis tingkah laku. Asumsi terpentingnya
adalah bahwa belajar observasional terjadi ketika tingkah laku anak berubah
sebagai hasil dari pandangannya terhadap tingkah laku seorang model (seperti
orang tua, guru, saudara, teman, pahlawan, bintang film, dan sebagainya). Orang
tua menjadi model pola perilaku yang tepat bagi anak untuk belajar menjadi
anggota masyarakat yang baik. Orang tua juga menjadi stimulator bagi
pengembangan kemampuan anak untuk mencapai prestasi baik di sekolah maupun di
masyarakat.
Tabel
2.2.Pengaruh Parenting Style terhadap
Perilaku Anak
Parenting styles
|
Sikap/perilaku ortu
|
Profil perilaku anak
|
1. Authoritarian
|
1. Sikap ‘acceptance’ rendah, namun
kontrolnya tinggi
2. Suka menghukum secara fisik
3. Bersikap mengomando (mengharuskan /
memerintah anak untuk melakukan sesuatu tanpa kompromi)
4. Bersikap kaku (keras)
5. Cenderung emosional & bersikap
menolak
|
1. Mudah tersinggung
2. Penakut
3. Pemurung, tidak bahagia
4. Mudah terpengaruh
5. Mudah stress
6. Tidak memiliki arah masa depan yang
jelas
7. Tidak bersahabat
|
2. Permissive
|
1.
Sikap ‘acceptance’-nya tinggi, namun kontrolnya rendah
2.
Memberi kebebasan kepada anak untuk menyatakan dorongan/ keinginannya
|
1.
Bersikap impulsif & agresif
2.
Suka memberontak
3.
Kurang memiliki rasa percaya diri
4.
Suka mendominasi
5.
Tidak jelas arah hidupnya
6.
Prestasinya rendah
|
3. Authoritative
|
1. Sikap ‘acceptance’ & kontrolnya
tinggi
2. Bersikap responsif terhadap
kebutuhan anak
3. Mendorong anak untuk menyatakan
pendapat/pertanyaan
4. Memberikan penjelasan tentang dampak
perbuatan yang baik & buruk
|
1. Bersikap bersahabat
2. Memiliki rasa percaya diri
3. Mampu mengendalikan diri
4. Bersikap sopan
5. Mau bekerja sama
6. Memiliki rasa ingin tahunya yang tinggi
7. Mempunyai tujuan/arah hidup yang
jelas
8. Berorientasi terhadap prestasi
|
Berdasarkan fakta yang ada, orang tua mengabaikan pola
asuh yang diberikan pada anaknya. Kebanyakan orang tua masih belum mengetahui
bahwa pola asuh tersebut akan memberikan dampak positif maupun negatif terhadap
penyesuaian perilaku anak terhadap lingkungannya. Ketika
anak meminta ijin bermain selesai pulang sekolah si Ibu menjawab “Kamu tidak
boleh bermain sama si Doni, karena dia nakal, nanti kamu akan ikut nakal”. Si
anak akan merasa seakan-akan yang baik hanya dirinya jika si ibu berkata terus
menerus seperti itu sehingga anak akan sulit untuk bersosialisasi dengan temannya yang lain. Terlebih ketika
anak tersebut di lingkungan sekolah anak tersebut akan memusuhi semua temannya. Hal seperti ini akan
berdampak buruk terhadap penyesuaian anak tersebut dengan lingkungannya.
2.2.Pentingnya
Parenting terhadap Kompetensi Sosial
pada Anak
Orang tua menginginkan anak-anaknya
tumbuh menjadi
individu-individu yang dewasa secara sosial, dan merasa frustasi dalam mencoba
menemukan cara terbaik untuk mencapai pertumbuhan ini. Kasih sayang orang tua
selama beberapa tahun pertama kehidupan merupakan ramuan kunci dalam
perkembangan sosial anak, meningkatkan kemungkinan anak akan berkompeten secara
sosial dan menyesuaikan diri dengan baik pada tahun-tahun prasekolah dan
sesudahnya.
Pandangan Diana Baumrind (1971) yakin bahwa para orang
tua tidak boleh menghukum atau mengucilkan, tetapi sebagai gantinya orang tua harus mengembangkan aturan-aturan
bagi anak-anak dan mencurahkan kasih sayang kepada mereka. Tiga tipe yang
ditekankan terkait dengan aspek-aspek yang berbeda dalam perilaku sosial anak: otoriter, otoritatif, dan
laissez-faire(permisif) (Santrock, 2002:257).
Pengasuhan yang otoriter (authoritarian parenting) adalah
suatu gaya yang membatasi dan menghukum yang menuntut anak untuk mengikuti
perintah-perintah orang tua dan menghormati pekerjaan dan usaha (Santrock,
2002:257).
Sebagai contoh seorang ibu mengatakan kepada anaknya “Jangan jajan sembarangan
di sekolah!”. Maka anak akan akan merasa cemas dengan semua makanan yang
dilihat ataupun diberikan. Anak yang orang tuanya otoriter seringkali cemas
akan perbandingan sosial, gagal memprakarsai kegiatan, dan memiliki ketrampilan
komunikasi yang rendah.
Pengasuhan yang otoritatif (authoritative parenting) adalah dorongan orang tua terhadap
anak-anaknya agar mandiri tetapi masih menetapkan batas-batas dan pengendalian
atas tindakan-tindakan mereka (Santrock, 2002:258). Sebagai contoh seorang ibu mengatakan “Saat kakak
berebut mainan dengan adik, seharusnya kakak tidak boleh memukul adik. Kakak
yang mengalah. Karena kakak lebih besar daripada adik”. Anak-anak yang
mempunyai orang tua yang otoritatif berkompeten secara sosial, percaya diri,
dan bertanggung jawab secara sosial.
Pengasuhan yang permissive-indifferent
adalah suatu gaya di mana orang tua sangat tidak terlibat dalam kehidupan anak
(Santrock, 2002:258). Sebagai contoh saat sudah adzan maghrib sang ibu
bertanya kepada sang ayah yang baru datang dari kantor “Yah, apakah tadi kamu lihat anak kita
di jalan ?” Padahal anak-anak memiliki keinginan yang kuat agar orang tuanya
perduli. Anak-anak yang orang tuanya bergaya permissive-indifferent mengembangkan suatu perasaan bahwa
aspek-aspek lain kehidupan orang tua lebih penting daripada anak-anaknya.
Anak-anak yang orang tua yang bergaya permissive-indifferent
inkompeten secara sosial. Anak-anak memperlihatkan kendali diri yang buruk
dan tidak membangun kemandirian dengan baik.
Pengasuhan yang permissive-indulgent
adalah suatu gaya pengasuhan di mana orang tua sangat terlibat dalam kehidupan
anak-anaknya tetapi menetapkan sedikit batas atau kendali terhadap mereka
(Santrock, 2002:258). Sebagai contoh orang tua membebaskan anaknya untuk
melakukan apapun. Akibatnya, anak-anak tidak pernah belajar mengendalikan
perilakunya sendiri dan selalu mengharapkan kemauannya untuk
dituruti. Anak-anak yang orang tuanya bergaya permissive-indulgent jarang belajar menaruh hormat kepada orang lain
dan mengalami kesulitan mengendalikan perilaku dirinya sendiri.
Berdasarkan
fakta yang ada orang tua belum mengerti tipe pengasuhan yang mana yang
diberikan kepada anak-anaknya. Orang tua menganggap yang dilakukan terhadap
anaknya adalah yang terbaik bagi anaknya. ”Aku sudah memberikan sekolah terbaik
untuk anakku, dan aku yakin itu adalah yang terbaik juga bagi anakku”.Padahal
itu belum sama seperti yang dirasakan oleh anaknya. Banyak terdapat orang tua
yang memenuhi kebutuhan anaknya seperti mainan, makanan, kesenangan,
jalan-jalan, dan lain sebagainya, namun tidak memperdulikan bagaimana tipe
pengasuhan yang dilakukan kepada anaknya yang sebenarnya akan berdampak
terhadap kompetensi sosial anak.
2.3. Pentingnya Parenting terhadap Pembentukan
Kepribadian Anak
Keluarga
adalah kelompok sosial pertama dan utama bagi kehidupan anak, anak lebih banyak
menghabiskan waktunya dengan kelompok keluarga daripada dengan kelompok sosial
lainnya. Anggota keluarga merupakan orang yang paling berarti dalam kehidupan
anak selama proses pembentukan kepribadian anak, dan pengaruh keluarga jauh
lebih luas dibandingkan pengaruh lainnya, bahkan juga di sekolah. Pengaruh
keluarga pada perkembangan kepribadian anak berdampak sebagai berikut :
1. Bila
anak hidup dalam permusuhan, anak belajar berkelahi
2. Bila
anak hidup dalam ketakutan, anak belajar menjadi penakut
3. Bila
anak hidup dikasihani, anak belajar mengasihi dirinya
4. Bila
anak hidup dalam toleransi, anak belajar bersabar
5. Bila
anak hidup diejek, anak belajar menjadi pemalu
Orang
tua merupakan kunci awal pendidikan dan pembentukan karakter anak karena orang
tualah yang terdekat dengan anaknya ketika berada di rumah dan setiap orang tua
menginginkan pendidikan yang terbaik dengan cara apapun yang dapat membuat anak
mereka dapat tumbuh dan berkembang dengan kepribadian yang terbaik dapat
bermanfaat dalam membentuk karakter keluarga, agama, dan bangsa. Sebagaimana
telah dijelaskan pada sub bab sebelumnya tentang bentuk-bentuk tipe pola asuh
orang tua, menerapkan pola asuh yang efektif merupakan hal yang perlu dilakukan
oleh orang tua.
Ada
sebuah pepatah yang dikemukakan oleh Thomas Lickona “Walaupun jumlah anak-anak
hanya 25% dari total jumlah penduduk, tetapi menentukan 100% masa depan”
(Megawangi, 2004:21). Oleh karena itu, pola asuh orang tua penting untuk pembentukan
moral dan kepribadian melalui penanaman pendidikan karakter sedini mungkin
kepada anak-anak yang menjadi kunci utama untuk membangun bangsa.
Berdasarkan
fakta yang ada, orang tua penting untuk memperhatikan pengasuhan yang diberikan
kepada anaknya sejak dini. Pengasuhan yang baik membuat masa depan yang baik
untuk anak-anaknya. Di sekolah si anak mendapatkan pelajaran untuk membuang
sampah di tempatnya, sementara itu saat berada di rumah si anak meminta tolong
sang ayah untuk membukakan sebungkus permen. Tanpa disadari sang ayah membuang
bungkus permen tersebut sembarangan. Si anak berceloteh “Ayah, kata bu guru
tidak boleh buang sampah sembarangan”. Orang tua memang penting untuk
berhati-hati terhadap apa yang dilakukan karena anak-anak mudah untuk
mengimitasi perilaku orang tuanya.
3.
Simpulan
Berdasarkan uraian
pembahasan di atas, dapat disimpulkan sebagai berikut.
1)
Peran pengasuhan orang tua terhadap
penyesuaian perilaku anak dengan lingkungannya mengacu pada 3 model
perkembangan kognitif yaitu Model Piaget, Model Pemrosesan Informasi, dan Model
Kognisi Sosial. Selain itu Albert Bandura juga berasumsi bahwa belajar
observasional terjadi ketika tingkah laku anak berubah sebagai hasil dari
pandangannya terhadap tingkah laku seorang model. Bandura menyebutkan bahwa
orang tua menjadi model perilaku yang tepat bagi anak untuk belajar menjadi
anggota masyarakat yang baik dan juga orang tua menjadi stimulator bagi
pengembangan kemampuan anak untuk mencapai prestasi baik di sekolah maupun di
lingkungan masyarakat.
2)
Peran pengasuhan terhadap kompetensi
sosial anak terdapat pada kasih sayang orang tua selama beberapa tahun pertama
kehidupan. Anak akan berkompeten secara sosial dan menyesuaikan diri dengan
baik pada tahun-tahun prasekolah dan sesudahnya. Tiga tipe yang ditekankan oleh
Santrock terkait dengan aspek-aspek yang berbeda dalam perilaku sosial anak
yaitu otoriter, otoritatif, dan laissez-faire (permisif). Namun tipe orang tua
otoritatif adalah tipe yang dianjurkan karena tipe otoritatif orang tua
mendorong anak-anaknya agar mandiri tetapi masih menetapkan batas-batas dan
pengendalian atas tindakan-tindakan mereka.
3)
Peran pengasuhan terhadap pembentukan
kepribadian anak dapat dilakukan melalui keluarga. Keluarga merupakan kelompok
sosial pertama dan utama bagi kehidupan anak. Anak lebih banyak menghabiskan
waktunya dengan kelompok keluarga daripada dengan kelompok sosial lainnya.
Pengaruh keluarga jauh lebih luas dibandingkan pengaruh lainnya, bahkan juga di
sekolah.
DAFTAR RUJUKAN
Brooks,
Jane. 2011. The Process of Parenting. Terjemahan
Rahmat Fajar. 2011. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Megawangi, Ratna. 2004. Pendidikan Karakter. Bogor: Indonesia Heriatage Foundation.
Santrock,
J. W. 2002. Life-Span Development.
Terjemahan Juda Damanik & Achmad Chusairi. 2002. Jakarta: Erlangga
PENTINGNYA PARENTING TERHADAP POLA ASUH ANAK
Oleh :
Ratna Alvionitta Zuhri
ABSTRAK
Kata
kunci : anak, orang tua, parenting, pola asuh
Parenting
merupakan pengasuhan. Pengasuhan dilakukan dengan cara memberikan rangkaian
kebutuhan dan kualitas yang kompleks. Pengasuhan yang peka dan responsif dapat
mengurangi dampak negatif gen, dampak kesulitan ekonomi, dampak diskriminasi
dan prasangka, dampak perceraian, dan dampak kematangan dini yang sering
dialami oleh anak perempuan. Anak akan merasa disayang, dilindungi, dianggap
berharga, dan diberi dukungan oleh orang tuanya apabila orang tua memberikan
pola asuh yang sesuai.
Orang tua
memiliki peran untuk membimbing dan mendampingi semua tahapan pertumbuhan anak,
yang merawat, melindungi, dan mengarahkan setiap tahap perkembangan anak. Anak
terlahir seperti kertas kosong yang kemudian tergantung orang tua dan
lingkungannya mengisi coretan-coretan dalam kertas tersebut. Anak dapat
mempelajari semua perilaku melalui penghargaan dan hukuman dari luar sehingga
menjadi pembelajar aktif yang menginterpretasikan lingkungan di sekitar serta
memilih tujuan dan model untuk ditiru.
Perilaku orang
tua dan pola asuh yang diterapkan di dalam keluarga berpengaruh dalam
pembentukan kepribadian atau karakter seorang anak. Perilaku tersebut
menyangkut kasih sayang, sentuhan, kelekatan emosi orang tua, serta penanaman
nilai-nilai dapat mempengaruhi kepribadian anak. Perilaku orang tua dapat
mempengaruhi perilaku anak terhadap lingkungannya. Orang tua menjadi model bagi
anak untuk ditiru. Dampak negatif ketika orang tua mengabaikan pola asuh yang
diberikan kepada anak akan terlihat ketika anak berada di lingkungan sekolah
maupun di lingkungan rumah.
Kasih sayang
orang tua selama beberapa tahun pertama kehidupan merupakan kunci dalam
perkembangan sosial anak, meningkatkan kemungkinan anak akan berkompeten secara
sosial dan menyesuaikan diri dengan baik pada tahun-tahun prasekolah dan
sesudahnya. Pola asuh yang ditekankan untuk orang tua terkait dengan
aspek-aspek yang berbeda dalam perilaku sosial anak yaitu otoriter, otoritatif,
dam permisif. Setiap pola asuh tersebut memiliki cara-cara pengasuhan dan
dampak yang berbeda terhadap anak.
Keluarga
merupakan kelompok sosial pertama dan utama bagi kehidupan anak karena anak
lebih banyak menghabiskan waktunya dengan kelompok keluarga daripada kelompok
sosial lainnya. Keluarga berpengaruh penting terhadap pembentukan kepribadian
anak. Kepribadian anak akan baik jika keluarga dan lingkungannya mencerminkan
perilaku yang baik. Pembentukan moral dan kepribadian melalui penanaman
pendidikan karakter sejak dini menjadi kunci utama dalam membangun bangsa.
Maaf saya ingin bertanya, buku santrock, Life-Span Development tahun 2002 bisa ditemui dimana yah? Saya membeli tahun terbit 2011 dengan judul yg sama tetapi tidak menemukan mengenai pembahasan yg diatas
BalasHapusTerimaksih sebelumnya